MAKALAH
SUNAN GRESIK
Disusun
untuk memenuhi tugas Sejarah
Disusun
oleh :
1. Ai
Wina
2. Devi
Yulia Kamayanti
3. Rostini
Kelas
X Sosial 1
SMA NEGERI 1 RAJAGALUH
DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN MAJALENGKA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah
tentang “Sunan Gresik”.
Dengan adanya makalah ini,
diharapkan dapat membantu memahami materi-materi
tentang tokoh Sunan Gresik. Selain sederhana, penyampaian materi dalam
makalah ini sangat praktis dan mudah dipahami.
Kami menyadari, bahwa makalah ini
masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca dan guru pembimbing sangat kami harapkan demi perbaikan
dimasa mendatang.
Akhirnya kami berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca dan penulis khususnya.
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan
masalah...................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Sunan Gresik atau Maulana Malik
Ibrahim............................................... 2
2.2 Asal keturunana......................................................................................... 2
2.3 Penyebaran Agama.................................................................................... 3
2.4 Legenda Rakyat........................................................................................ 4
2.5 Wafat......................................................................................................... 5
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 8
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Maulana
Malik Ibrahim adalah keturunan ke-11 dari Husain bin Ali. Ia disebut juga Sunan
Gresik, Syekh Maghribi, atau terkadang Makhdum Ibrahim As-Samarqandy. Ia
diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14.
Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan
lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy. Dalam cerita rakyat, ada yang
memanggilnya Kakek Bantal.
Malik
Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa.
Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat
kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan
Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda
krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama
di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di
desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan
dibahas adalah sebagai berikut :
1. Asal
keturunan
2. Penyebaran
Islam
3. Wafat
1.3
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas makalah ini bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui asal keturunan Sunan Gresik
2. Untuk
mengetahui penyebaran agama
3. Untuk
mengetahui Wafatnya Sunan Gresik
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1
Sunan Gresik atau Maulana Malik
Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-11 dari Husain bin
Ali. Ia disebut juga Sunan Gresik, Syekh Maghribi, atau terkadang Makhdum
Ibrahim As-Samarqandy. Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada
paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi,
mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy. Dalam cerita
rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.
Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang
mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan
banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang
tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati
masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun
pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim
wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.2
Asal keturunan
Tidak terdapat bukti sejarah yang meyakinkan mengenai asal
keturunan Maulana Malik Ibrahim, meskipun pada umumnya disepakati bahwa ia
bukanlah orang Jawa asli. Sebutan Syekh Maghribi yang diberikan masyarakat kepadanya,
kemungkinan menisbatkan asal keturunannya dari Maghrib, atau Maroko di Afrika
Utara.
Babad Tanah Jawi versi J.J. Meinsma menyebutnya dengan nama
Makhdum Ibrahim as-Samarqandy, yang mengikuti pengucapan lidah Jawa menjadi
Syekh Ibrahim Asmarakandi. Ia memperkirakan bahwa Maulana Malik Ibrahim lahir
di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14.
Dalam keterangannya pada buku The History of Java mengenai
asal mula dan perkembangan kota Gresik, Raffles menyatakan bahwa menurut
penuturan para penulis lokal, “Mulana Ibrahim, seorang Pandita terkenal berasal
dari Arabia, keturunan dari Jenal Abidin, dan sepupu Raja Chermen (sebuah
negara Sabrang), telah menetap bersama para Mahomedans lainnya di Desa Leran di
Jang’gala“.
Namun demikian, kemungkinan pendapat yang terkuat adalah
berdasarkan pembacaan J.P. Moquette atas baris kelima tulisan pada prasasti
makamnya di desa Gapura Wetan, Gresik; yang mengindikasikan bahwa ia berasal
dari Kashan, suatu tempat di Iran sekarang.
Terdapat beberapa versi mengenai silsilah Maulana Malik
Ibrahim. Ia pada umumnya dianggap merupakan keturunan Rasulullah SAW; melalui
jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far
ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir,
Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali’
Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan),
Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin Akbar al-Husain
(Maulana Akbar), dan Maulana Malik Ibrahim.
2.3
Penyebaran agama
Maulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang
pertama-tama menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior
diantara para Walisongo lainnya.[9] Beberapa versi babad menyatakan bahwa
kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali ialah
desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 kilometer
ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa
bagian timur, dengan mendirikan mesjid pertama di desa Pasucinan, Manyar.
Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat
melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di
dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan
hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kabaikan
yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang
tertarik masuk ke dalam agama Islam.
Sebagaimana yang dilakukan para wali awal lainnya, aktivitas
pertama yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di
tempat pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar.
Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain itu
raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan perdagangan
tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.
Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim
kemudian melakukan kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit
meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya
sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal
dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur
kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup,
di ibukota Majapahit telah banyak orang asing termasuk dari Asia Barat.
Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk
melanjutkan perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim
membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam
di masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang yang
menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang silam. Setiap
malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk berziarah. Ritual
ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal, sesuai
tanggal wafat pada prasasi makamnya. Pada acara haul biasa dilakukan khataman
Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan
khas bubur harisah.
2.4
Legenda rakyat
Menurut legenda rakyat, dikatakan bahwa Maulana Malik
Ibrahim berasal dari Persia. Maulana Malik Ibrahim Ibrahim dan Maulana Ishaq
disebutkan sebagai anak dari Maulana Jumadil Kubro, atau Syekh Jumadil Qubro.
Maulana Ishaq disebutkan menjadi ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus
ayah dari Raden Paku atau Sunan Giri. Syekh Jumadil Qubro dan kedua anaknya
bersama-sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah; Syekh Jumadil
Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan;
dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudera Pasai.
Maulana Malik Ibrahim disebutkan bermukim di Champa (dalam
legenda disebut sebagai negeri Chermain atau Cermin) selama tiga belas tahun.
Ia menikahi putri raja yang memberinya dua putra; yaitu Raden Rahmat atau Sunan
Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Setelah cukup menjalankan misi
dakwah di negeri itu, ia hijrah ke pulau Jawa dan meninggalkan keluarganya. Setelah
dewasa, kedua anaknya mengikuti jejaknya menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
Maulana Malik Ibrahim dalam cerita rakyat terkadang juga
disebut dengan nama Kakek Bantal. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam.
Ia merangkul masyarakat bawah, dan berhasil dalam misinya mencari tempat di
hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan
perang saudara.
Selain itu, ia juga sering mengobati masyarakat sekitar
tanpa biaya. Sebagai tabib, diceritakan bahwa ia pernah diundang untuk
mengobati istri raja yang berasal dari Champa. Besar kemungkinan permaisuri
tersebut masih kerabat istrinya.
2.5
Wafat
Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar
agama di Leran, tahun 1419 Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat
di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya
adalah sebagai berikut:
Ini
adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat pengampunan Allah
dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang Maha Luhur, guru para
pangeran dan sebagai tongkat sekalian para Sultan dan Wazir, siraman bagi kaum
fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahid penguasa dan urusan agama: Malik
Ibrahim yang terkenal dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan
ridha-Nya dan semoga menempatkannya di surga. Ia wafat pada hari Senin 12
Rabi’ul Awwal 822 Hijriah. Saat ini, jalan yang menuju ke makam tersebut diberi
nama Jalan Malik Ibrahim.
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy
diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad
Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah
Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi.
Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi.
Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana
Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden
Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana
Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini
sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.
Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang
Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri
raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan
Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup
menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim
hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.
Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai
beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah
yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang,
adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.
Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah
berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok
dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan
diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia
pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar
kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.
Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam.
Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka
sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar
yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai
membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M
Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik,
Jawa Timur
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Secara umum dapat disebutkan bahwa para pembawa agama Islam
pertama kali ke wilayah Nusantara-Indonesia adalah para pedagang dan Muballigh
dari Arab, Persia dan India. Mereka mengunjungi daerah-daerah pesisir nusantara
yang berhubungan langsung dengan bandar-bandar perdagangan internasional. Aceh
dengan kerajaan Perlak dan Pasai telah menjadi penyangga penyebaran Islam yang
utama ke wilayah lainnya di Nusantara. Sebab ditemukan laporan bahwa hampir
seluruh ulama yang menyebarkan Islam ke daerah lain adalah berasal atau paling
tidak berguru ke kepada ulama yang ada di kedua kerajaan tersebut. Setidaknya
hingga pertengahan abad ke 15, umat Islam bukan saja telah menyebar luas
keseluruh kepuluan Indonesia, bahkan secara sosial telah muncul menjadi agen
perubahan sejarah yang penting.
Islam dengan demikian menyediakan “cetak biru untuk organisasi
politico-ekonomi”, dan dengan ini sedang dipersiapkan jalan bagi terjadinya
proses-proses perubahan struktural baru dari system agraris-patrimonial kearah
persamaan dan pertumbuhan ekonomi atau “kapitalisme-politik”. Dari cetak biru
politico-ekonomi inilah, Islam menyentuh kalangan menengah pedagang pribumi
memeluk agama Islam untuk berpartisipasi dalam komunitas moral perdagangan
Muslim Internasional. Melalui Malaka yang sejak ahir abad ke 14 telah
berkembang menjadi “entrepot-state” (Negara penyalur perdagangan lintas laut).
Dengan demikian hubungan perdagangan antar pulau di wilayah
Nusantara semakin terbuka. Dan itu berarti memperluas jangkauan dakwah dan
penyebaran Agama Islam. Para ulama – yang nota bene adalah para Sayid keturunan
Rasulullah – yang sebagiannya menjadi Sultan atau paling tidak menjadi anggota
keluarga kerajaan karena perkawinan dengan kerabat para raja menajdi leluasa
dalam menyebarkan Islam. Hal inilah yang mempercepat proses islamisasi di
wilayah kepulauan Nusantara-Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Gresik
http://duniakumtsmanusaja.blogspot.com/p/sejarah-sunan-gresik.html
0 komentar:
Post a Comment